Virus corona telah mencapai kalangan pemerintahan di Iran. Pada Senin (2/3/2020), Mohammad Mirmohammadi yang menjabat sebagai penasehat pemimpin tertinggi, Ali Khamenei meninggal karena terjangkit Covid 19. Kematiannya terjadi setelah dua anggota pemerintahan Iran lainnya, juga meninggal karena sakit.
Keduanya menjabat sebagai mantan duta besar dan anggota parlemen, yang baru terpilih. Berdasarkan informasi yang beredar, ada sekitar tujuh pejabat tinggi Iran yang jatuh sakit karena virus corona. Di antaranya Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi dan Wakil Presiden Iran Masoumeh Ebtekar.
Saat Ebtekar dinyatakan positif corona, kenyataan ini membuat resah terkait kepemimpinan di Negara Iran. Lantaran indikasi ini muncul, sehari setelah dia menghadiri pertemuan kabinet. Di sana dia berinteraksi dengan sejumlah pejabat, termasuk diantaranya Khamenei yang berusia 80 tahun.
Seperti yang banyak diisukan, bahwa wabah mematikan asal China ini rentan bagi kalangan lansia. Sehingga timbul kekhawatiran di Iran, para pemimpin yang berusia lanjut beresiko tinggi terpapar dan meninggal akibat Covid 19. Kendati sampai saat ini, belum ada tanda tanda Khamenei sakit.
Bagaimanapun juga, kenyataan ini memperlihatkan bahwa pemerintahan Iran tengah menghadapi krisis. Bahkan, kini Iran dinilai sebagai negara pusat penyebaran Covid 19 di Timur Tengah. Kasus di negara yang memiliki sejumlah pusat peribadatan Syiah ini, sampai Selasa (3/3/2020) mencapai 1.501, menurut
Sedangkan jumlah korban jiwa tercatat ada 66 orang, diantaranya adalah Mirmohammadi. Keadaan ini semakin terlihat memburuk, ketika Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif meminta bantuan keperluan medis untuk Iran. Pada Senin lalu, tiga negara Eropa menawarkan bantuan senilai 5 juta euro sekira Rp 70 Miliar lebih kepada Iran.
Tetapi belum jelas juga, apakah bantuan ini bisa membantu Iran keluar dari krisis. Negara Paman Sam, Amerika juga memberikan bantuan meskipun mereka masih mengenakan sanksi pada Iran. Covid 19 yang bahkan sudah mencapai tingkat tertinggi di sebuah negara, yakni pemerintahan menunjukkan kegagalan negara menghadapi wabah ini.
Seorang pakar atau pengamat Iran dari Institusi Brookings, Suzanne Maloney mengatakan alasan di balik kondisi ini. "Ini merupakan gejala dari sebuah negara yang sangat ideologis dan kurang pendekatan pada pemerintahan," kata Suzanne. "Yang menjengkelkan, kenyataan bahwa Iran memiliki kapabilitas ilmu pengetahuan dan memiliki sistem kesehatan yang baik."
"Jadi ini sepenuhnya merupakan kegagalan kepemimpinan," jelas Suzanne dilansir Faktanya jumlah infeksi yang terjadi di negara ini, terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Otoritas Teheran tidak memahami bagaimana hal ini bisa terjadi, atau bahkan mungkin memungkiri pertanda wabah ini.
Kurangnya peringatan, membuat ratusan orang tidak dirawat di dengan baik di Iran. Sementara itu, jutaan pekerja, peziarah dan lainnya terus melakukan perjalanan dari dan ke negara itu setiap harinya. Inilah yang kemudian menjadi ancaman virus ini terus meluas.