PM Singapura Lee Hsien Loong memberikan update terkini tentang situasi penyebaran virus corona di Singapura, Kamis (12/3/2020). Dalam pidatonya, Lee Hsien Loong berbicara tentang tiga aspek utama dalam pandemi virus corona ini, yaitu aspek medis, ekonomi, dan psikologi. Di aspek medis, kasus kasus virus corona baru muncul dari orang yang baru saja datang dari luar negeri atau imported cases.
Singapura telah mengisolasi semua yang berpotensi terinfeksi virus corona. Mereka melakukan pelacakan kontak, dan mengkarantina orang orang terdekat mereka. Dengan begitu, jumlah pasien virus corona di Singapura tidak meroket.
Namun, Singapura mengakui belum ada satupun cara yang benar benar bisa menangkal virus corona, meski langkah terbaik telah dilakukan. Lee Hsien Loong mengungkap kondisi di China telah mulai stabil. Namun jumlah kasus masih terus meningkat di belahan dunia lain, seperti Eropa, Amerika, dan Timur Tengah.
WHO pun menyatakan virus corona atau Covid 19 sebagai pandemi. Hal itu berarti, WHO menilai akan banyak negara yang mengalami wabah besar, dengan penularan berkelanjutan, seperti yang terjadi di Korea Selatan dan Italia. Tidak seperti Sars, wabah virus corona ini mungkin akan berlanjut untuk sementara waktu, bisa satu tahun, atau lebih lama.
WHO menyebut kunci utama penularan virus corona yang begitu cepat ini. WHO menilai banyak negara yang tidak menganggap serius virus corona, yang mereka sebut "tingkat kelambanan yang mengkhawatirkan." Di sisi lain, Singapura tidak menganggap remeh virus corona.
Singapura menangani virus corona dengan serius. Keseriusan Singapura itulah yang membuat WHO memuji langkah yang dilakukan Singapura dalam menangani wabah corona. WHO menjadikan Singapura sebagai contoh bagi negara negara lain.
Singapura sendiri tengah menghadapi situasi serius. Imported case datang dari banyak negara, bukan hanya satu. Singapura telah menerapkan perbatasan perjalanan dari dan ke China, Iran, Korea Selatan, dan Italia.
Karena virus corona mungkin akan bertahan lama, Lee Hsien Loong meminta warganya untuk melakukan beberapa hal. Misalnya, mulai menerapkan kebersihan diri, mengadopsi norma sosial baru dan menekan pertemuan massa, serta menjaga kontak fisik antara satu dengan yang lain. Kegiatan masyarakat juga sudah dikurangi, terutama untuk manula yang lebih rentan virus corona.
Singapura juga mengambil langkah besar soal pertemuan keagamaan. Di Korea Selatan, kasus virus corona menyebar lewat kelompok keagamaan Shincheonji. Di Singapura, dua kluster besar berasal dari kelompok gereja pula.
Kemudian ada beberapa warga Singapura yang baru baru ini menghadiri Tabligh Akbar di Kuala Lumpur, Malaysia, terinfeksi virus corona. Virus ini tentu saja bukan semata mata masalah keagamaan. Melainkan, virus diduga kuat bisa menyebar dengan cepat di tempat tempat di mana banyak orang ramai berkumpul, seperti acara keagamaan.
Karena itu, Arab Saudi sementara ini menutup umrah untuk sementara. Para pendeta menyampaikan khotbahnya lewat live streaming demi mencegah kerumunan di Saint Peter's Square. Lee Hsien Loong meminta warga Singapura memaklumi kondisi saat ini, di mana pertemuan pertemuan dibatasi.
Selain membatasi perkumpulan massa, Singapura juga sudah mengantongi cara menangangi virus corona. Dengan kemungkinan adanya ledakan jumlah penderita, rumah sakit dipastikan tidak bisa lagi menampung pasien. Singapura tidak bisa lagi mengisolasi satu per satu suspect seperti saat ini.
Maka, perawatan di rumah sakit hanya dikhususkan untuk pasien yang sakit parah. Seperti yang diketahui, 80 persen pasien virus corona hanya mengalami gejala atau sakit ringan. Pasien yang paling berbahaya biasanya pasien lanjut usia, atau pasien yang memiliki penyakit lain sebelumnya, seperti tekanan darah tinggi atau masalah paru paru.
Jika jumlah penderita makin banyak, pasien yang parah saja yang akan dirawat. Sementara untuk penderita yang mengalami gejala ringan, disarankan untuk mendapatkan perawatan pribadi di rumah, istirahat, dan mengisolasi diri. Sumber daya difokuskan pada pasien yang menderita sakit parah.
Dengan begitu, diharapkan jumlah kematian bisa ditekan. Selain menyiapkan rencana medis, jika ada ledakan pasien, Singapura juga akan melakukan tindakan pembatasan sosial lain agar tiap warga jaga jarak satu sama lain. Langkah tersebut meliputi meliburkan sekolah, menekan jam kerja, atau menerapkan kerja dari rumah.
Langkah itu diharapkan bisa menjadi "rem" besar untuk menekan penyebaran. "Rem" itu akan menahan penyebaran virus dan mencegah sistem kesehatan bekerja terlalu berlebihan. Setelah situasi membaik, Singapura bisa kembali ke tindakan pencegahan dasar awal.
Lee Hsien Loong menekankan dalam pidatonya bahwa situasi di Singapura saat ini terkendali. Maka, Singapura tidak menyatakan status merah DORSCON. Singapura juga tidak mengunci kota kota seperti yang dilakukan di China, Korea Selatan, dan Italia.
Lee Hsien Loong mengungkapkan perekonomian Singapura turut terkena dampaknya akibat virus corona. Maka dari itu, Singapura telah menyiapkan anggaran "Paket Dukungan dan Stabilisasi" sebanyak 4 miliar dollar atau setara 59 triliun rupiah. Anggaran itu nantinya akan digunakan untuk membantu bisnis, para pekerja, dan rumah tangga dalam waktu dekat ini.
Lee Hsien Loong menyebut persiapan anggaran itu cukup membantu. Namun karena kedepannya masih belum jelas, Singapura sadar masih banyak hal yang harus dilakukan. Situasi akibat virus corona cukup serius di beberapa aspek, seperti perhotelan, penerbangan, dan para pekerja lepas di bidang ekonomi.
"Tak ada yang selamat, semua terkena dampaknya, meski dengan derajat yang berbeda," ujar Lee Hsien Loong. Kini pemerintah Singapura sedang mengerjakan "paket kedua". Dengan begitu, pemerintah bisa membantu perusahaan dalam hal biaya dan aliran dana, agar mereka tetap "berlayar meski badai menerjang."
"Kami akan membantu para pekerja mendapatkan pekerjaannya, dan berlatih kembali selama masa terpuruk mereka." "Jadi ketika semua kembali normal, pekerja kita sudah berada di depan gerbang, dan bisa kembali produktif secara langsung." "Kami juga akan memberikan uluran tangan ekstra pada mereka mereka yang mengalami PHK atau pengangguran, serta keluarga mereka, agar bisa melalui masa sulit ini."
Lee Hsien Loong terbuka pada masyarakat dengan membeberkan langkah langkah pemerintah menghadapi Covid 19. Singapura telah mengantisipasi konsekuensi medis dan ekonomi akibat corona. Lee Hsien Loong yakin negaranya bisa menghadapinya.
Ia menyebut aspek psikologi penting dalam memerangi virus corona ini. "Staff kita yang berada di garis depan bekerja dengan keras agar Singapura tetap berjalan, mereka adalah para pekerja kesehatan, petugas imigrasi, pegawai negeri sipil, pekerja transportasi umum, sopir taksi, petugas kebersihan. Kami semua menyemangati mereka," ujar Lee Hsien Loong. Dalam hal ini, pemerintah Singapura telah terbuka dan transparan akan rencana rencananya.
Singapura mengajukan permintaan langsung pada warganya, termasuk meminta penggunaan masker bagi yang sakit saja, serta tidak khawatir kehabisan stok di supermarket. Masyarakat yang merasa mendapat jaminan dari pemerintah seperti itu, tingkah lakunya akan berubah. "Saya bersyukur warga Singapura merespons dengan tenang dan bertanggung jawab."
"Terima kasih atas kepercayaan dan dukungan kalian," katanya. Respon Singapura terhadap virus corona telah menerima penghargaan internasional. "Yang membuat Singapura berbeda dari negara lain adalah kami saling percaya satu sama lain, kami merasa kami di sini bersama, dan kami tidak meninggalkan seorangpun di belakang."
"Ini adalah SG United, kita SG United," tutur dia. Meski begitu, Singapura mengakui kondisinya saat ini masih berisiko. Namun Singapura tak lengah.
Singapura mengambil tindakan pencegahan praktis untuk melindungi diri sendiri serta keluarga. Harapannya, roda ekononomi tetap berjalan, dan masyarakat bisa melanjutkan kehidupan sehari hari. "Dalam krisis seperti ini, setiap orang berperan untuk berdoa."
"Saya harap kalian mau bekerja sama dengan saya dan kolega kolega saya demi menjaga keluarga kita tetap aman, Singapura aman, dan kita bisa maju bersama," tutup Lee Hsien Loong dalam pidatonya.