Sejumlah hal baru terungkap dari kasus kematian Miratun, janda kaya Tulungagung yang tewas dalam kondisi tubuh dibekap kasur lipat. Miratunyang tinggal diLingkungan 6 Desa/Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung tinggal bersama dua orang yang menyewa (kos) di rumah besarnya. Satu di antaranya karyawan di pusat pendidikan dan seorang lagi siswi yang tengah praktik kerja.

Suami Miratun telah meninggal dunia lebih dari 10 tahun silam. Miratun tidak mempunyai anak, tapi diketahui punya banyak keponakan. Meski tinggal sendiri, Miratun diketahui kaya raya dengan harta miliaran rupiah. Berikut fakta fakta terbaru kasus meninggalnya janda kaya Miratun:

Menurut penuturan para tetangga, setahun lalu Miratun menjual tanah warisannya senilai Rp 1 miliar lebih. "Dia juga masih punya aset sawah. Dia juga punya lapak di Pasar Ngunut, nilainya mungkin Rp 200 juta," ucap seorang tetangga berinisial LM, Jumat (14/2/2020).

Tetangga tidak tahu pasti peruntukan uang hasil penjualan tanah itu. Namun ada yang mendengar, uang itu sebagian dibagikan ke kerabatnya. Kesehariannya Miratun berjualan di Pasar Ngunut, dan biasa pulang pukul 16.00 WIB.

"Orangnya memang sangat rajin, sudah sepuh tapi masih sangat enerjik. Warga juga tahu dia sangat kaya," sambung LM. Miratun juga dikenal sosok yang ramah dan baik kepada para tetangga. Salah satu kebiasaan yang diingat warga, Miratun selalu menyapu gang masuk ke rumahnya.

Gang ini mulai dari dekat perlintasan kereta api Ngunut, sampai ke ujung gang lainnya di Masjid Jami dekat pasar Ngunut. Panjang gang yang disapu Miratun lebih dari 100 meter. "Jadi yang disapu bukan hanya halaman rumahnya. Daru ujung gang ke ujung gang disapu semua sampai bersih," tutur salah satu tetangga bernama Dedi, Jumat (14/2/2020) siang.

Kebiasaan Miratun yang menyapu gang ini sudah menjadi "trande mark" yang dihapali oleh warga sekitar. Warga tidak tahu pasti alasan Miratun selalu menyapu gang yang sangat panjang ini. Namun diduga, sosoknya sangat terobsesi dengan kebersihan.

"Kalau masuk rumahnya, semuanya sangat bersih dan rapi. Tidak ada yang berserakan tak rapi," sambung Dedi. Saat membersihkan rumah, umumnya warga hanya menggunakan kemoceng (sulak). Namun Miratun biasa menggosok setiap bagian rumahnya dengan lap handuk sampai bersih.

Kebiasaan ini membuat rumah Miratun sangat bersih, bebas dari debu. "Kalau habis ada orang, setelahnya pasti dilap sampai mengkilap," pungkas Dedi. Sebelumnya Miratun juga sempat curhat, dia kehilangan uang sekitar Rp 15 juta dan perhiasan emas sekitar 15 gram.

Kejadian itu diceritakannya seminggu sebelum kejadian. Namun kejadian itu tidak sampai dilaporkan ke polisi. Kapolsek Ngunut, Kompol Siti Munawaroh mengatakan, pihaknya masih mendalami, apakah ada barang barang milik Miratun yang hilang.

"Kami masih dalami informasi barang barang korban yang hilang," sambung Siti. Selama ini rumah besar dengan pagar hijau itu hanya ditinggali Miratun sendiri. Karena kesepian, Miratun yang biasa dipanggil Soton menyewakan dua kamar untuk kos.

Miratun ditemukan meninggal di kamarnya, dengan posisi telentang, melintang di atas dipan, Jumat (14/2/2020) dini hari. Diduga Miratun sudah meninggal sejak Kamis sore. Saat ditemukan, wajahnya dibekap dengan bantal dan guling, dan digulung dalam kasur lipat.

Waka Polres, Kompol Kompol Ki Ide Bagus Tri dan Kasat Reskrim AKP Hendi Septiadi mengakui, kematian Miratun terindikasi karena dibunuh. Salah satunya karena kamar korban digembok dari luar. Kan gak mungkin korban menggembok kamarnya sendiri, sementara dia di dalam," ujar Hendi.

Di rumah besar berpagar hijau ini Miratun tinggal sendirian. Hanya ada dua orang yang kos di rumahnya, satu seorang karyawan di pusat pendidikan dan satu seorang siswa yang tengah PSG. Menurut penuturan Sulistyowati, siswi yang kos di rumah Miratun, dirinya pulang pukul 24.00 WIB.

Sementara teman satu kosnya, Wahyu Purnomo pulang pukul 23.00 WIB. Saat itu posisi pagar depan masih terbuka, dan pintu pintu rumah juga terbuka. "Padahal biasanya pukul 21.00 WIB, pintu pagar sudah ditutup sama ibu," tutur Sulistyowati, Jumat pagi.

Selain itu semua lampu dipadampan, kecuali ruang tamu. Wahyu kemudian menyalakan semua lampu, namun kondisi kamar Miratun digembok dari luar. Curiga dengan kondisi tidak wajar itu, Wahyu mengintip ke dalam kamar Miratun lewat lubang angin angin.

"Saat diintip kondisi ibu sudah tidak bergerak," sambung Sulistyowati. Temuan itu kemudian dilaporkan ke Ketua RT setempat dan diteruskan ke Polsek Ngunut. Polisi dari Polsek Ngunut kemudian datang ke lokasi untuk melihat kondisi Miratun.

Namun karena dianggap tidak wajar, temuan itu kemudian diteruskan ke Polres. Hasil visum tim kesehatan yang ikut olah TKP, Miratun diperkirakan meninggal lebih dari 6 jam sebelum ditemukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *