Seusai sembuh dari Virus Corona (Covid 19), pasien 01, 02, dan 03 masih mendapat banyak hujatan dari netizen. Banyak dari mereka menuding apa yang dialami oleh pasien 01, 02, dan 03 hanya drama belaka. Menanggapi tudingan tersebut, pasien 03 Ratri Anindyajati menegaskan apa yang mereka alami semuanya nyata, bukan dibuat buat.
Dikutip dari YouTube Kompastv , Kamis (19/3/2020), awalnya presenter Rosi Silalahi menanyakan bagaimana tanggapan pasien 01, 02, dan 03 terhadap tudingan netizen hanya menjadi gimmick pemerintah. "Begitu diumumkan sebagai pasien yang sembuh, kemudian warganet mengkaitkan dengan foto saya Pancasila," kata Rosi. "Dan kemudian itu dikaitkan, ini jangan jangan enggak beneran sakit, ini adalah gimmicknya rezim Jokowi, ini sebenarnya bukan sakit beneran, how do you respond that ? (bagaimana kalian merespon hal tersebut)" tanya Rosi.
Ratri mengatakan dirinya sudah enggan menanggapi tudingan para netizen. "Kita sih enggak apa apa kalau enggak ada yang mau percaya, itu bukan tugas kita buat bikin mereka percaya," katanya. Ia menjelaskan dirinya, bersama ibu, dan adiknya bisa sembuh karena kondisi kesehatan yang baik.
"Kita beruntung sembuh karena benar benar kita enggak ada kondisi bawaan penyakit lain, dan masih banyak orang yang berjuang di situ untuk sembuh, dan sebenarnya kita enggak dapet penghargaan apa apa," paparnya. Ratri juga mengklarifikasi terkait gelar pahlawan Corona yang diberikan kepada dirinya, adiknya, serta ibunya. Ia meluruskan bahwa yang pantas disebut pahlawan adalah para tenaga medis yang berjuang di lini terdepan menghadapi Covid 19.
"Pak Terawan hanya ingin menyampaikan kita sudah sembuh, dan kalau bisa disebut pahlawan Corona, itu bukan kita," kata Ratri. "Menurut kita ya orang orang yang sekarang masih sakit, dan dokter dokter, suster, garda depan yang benar benar itu oke banget secara tim, dan kita pengennya keluarga mereka support mereka," lanjutnya. Ratri juga mengatakan dirinya dalam kondisi beruntung bisa memiliki keluarga yang mendukung, dan aktif membantunya menghadapi cobaan Covid 19.
Wanita yang menggeluti dunia seni itu menyayangkan masih banyak keluarga, dan lingkungan yang memandang negatif orang orang yang terkena Covid 19. Ratri ingin agar orang orang yang memiliki penyakit Covid 19, justru didukung sepenuhnya. Data kasus positif Covid 19 pada Jumat (20/3/2020), terhitung sudah mencapai angka 369 kasus.
Jumlah pasien meninggal telah mencapai angka 32 jiwa. Diketahui pada Kamis (19/3/2020) korban jiwa berada di angka 25. Sedangkan pasien yang telah sembuh berjumlah 17 orang yang kini telah dipulangkan ke rumahnya masing masing.
Sebagai orang yang berada di garda terdepan dalam menghadapi wabah Virus Corona (Covid 19), para tenaga medis sangat riskan ikut tertular virus dari pasien yang mereka tangani. Meskipun wajib mengurus pasien karena sudah menjadi tugas mereka, di sisi lain ketakutan juga kadang menyerang saat menangani pasien Covid 19. Spesialis paru RSUP Pershabatan, dr. Mia Elhidsi menceritakan suka dan duka yang ia rasakan selama menangani pasien positif Covid 19 di Indonesia.
Dikutip dari YouTube Kompastv , Kamis (19/3/2020), awalnya Mia bercerita bagaimana seluruh dunia kini sedang berjuang bersama sama menghadapi wabah yang telah menjadi pandemi. "Ini ibaratnya perang dunia ketiga, dan kami sebagai tenaga kesehatan itu sebagai garda terdepannya," kata Mia. Ia mengakui perasaannya campur aduk saat dirinya ditugaskan menangani pasien positif Covid 19.
Beban berat dirasakan Mia saat menghadapi pasien Covid 19, di sisi lain Mia merasa bahwa apa yang ia lakukan adalah demi kebaikan masyarakat Indonesia. "Kita betul betul merasa itu amanah yang sangat berat, tapi di satu sisi kita merasa itu suatu kehormatan," paparnya. "Suka dukanya juga lebih kuat."
Mia lalu membandingkan kondisinya yang senantiasa berada di tengah bahaya, dengan orang orang lain yang bisa berada di rumah, menerapkan social distancing atau pemisahan jarak sosial. "Kami setiap hari justru dengan sadar, dengan sengaja kami mendatangi pasien pasien yang positif Corona," katanya. "Kita memang tangani, kita kontak, kita sapa, kita periksa bagaimana keadaannya, dan lain sebagainya."
Mia mengatakan sebagai tenaga medis, ia terhormat bisa ditugaskan menangani pasien Covid 19. Tapi di sisi lain sebagai manusia biasa, rasa takut tak bisa ia pungkiri, Mia senantiasa khawatir akan keselamatan dirinya, dan keluarganya yang selalu menunggu kepulangannya di rumah. "Di sisi lain kita juga manusia, punya keluarga di rumah, kita punya risiko tinggi untuk tertular, kalau kita positif, keluarga di rumah berisiko juga," tutur Mia.
Wabah Covid 19 diakui Mia berbeda dari wabah yang lain, saat menghadapi wabah ini, Mia mengakui ada rasa khawatir dan takut.